PERIODISASI SENI TARI DI INDONESIA
Seni
tari yang berkembang di Indonesia bermulai sejak zaman dahulu. Perkembangan
seni tari atau periodisasi seni tari di Indonesia dipengaruhi oleh peradaban
masyarkat dan juga penaruh dari pemerintah yang berkuasa pada saat itu, sistem
kepercayaan yang dianut masyarkat juga menjadi faktor berkembangnya seni tari
di Indonesia. Berikut merupakan pemaparan dari periodeisasi perkembangan seni
tari di Indonesia.
1. Tari Zaman Prasejarah/ Zaman Primitif (20.000 SM – 400 M)
Zaman primitif/ zaman prasejarah atau zaman pra-Hindu yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berlangsung sekitar tahun 20.000 SM-400 M.
Zaman
Prasejarah dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.
Masing-masing zaman ini juga dimungkinkan melahirkan kesenian tari. Pada zaman
batu kemungkinan tari-tarian hanya diiringi dengan sorak-sorai serta tepukan
tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrument music
yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang yang dibuat
perunggu. Diantara lukisan-lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang
menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu-bulu burung dan daun-daunan.
Seni
muncul dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suatu suasana tertentu.
lonjakan kegembiraan seseorang saat memperoleh kesenangan akan membentuk
gerakan ekspresif, lompatan manusia purba ketika berburu binatang juga terjadi
secara spontan. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian mengkristal dan disusun
dalam bentuk tarian dari berbagai peristiwa sehari-hari kemudian terlahir
bentuk-bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan dalam bentuk upacara ritual
masyarakat purba.
Dengan
diiringi pukulan-pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba
bergerak-gerak mengelilingi api unggun yang menyala sambil melantunkan mantra-mantra
dan nyanyian-nyanyian persembahan bagi nenek moyang mereka. inilah cikal bakal
tumbuhnya tari.
Tari
primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Tari ini lebih menekankan tari yang memuja roh para
leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak
berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut
dilaksanakan. Masyarakat percaya bahwa sejak kelahiran sampai meninggal dunia,
tari adalah bagian penting. Oleh karena itu, muncullah tari upacara yang
bersifat sakral dan magis. Pada zaman ini, tarian dihadirkan dalam berbagai
acara. Acara itu, di antaranya, pada saat kelahiran anak, sebelum melakukan
perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta kesuburan.
Secara
umum, ciri dari tari primitif adalah kesederhanaan kostum, gerak dan iringan
menjadi lebih dominan bertujuan untuk kehendak tertentu sehingga ungkapan
ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang diinginkan. Berikut
disajikan ciri-ciri tari primitif secara rinci.
- Instrumen sangat sederhana terdiri dari tifa, kendang/ instrumen yang hanya dipukul secara tetap bahkan tanpa memperhatikan dinamika.
- Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya menirukan gerak binatang karena berburu, proses inisiasi, kelahiran, perkawinan, panen.
- Gerak dan iringan sangat sederhana berupa hentakan kaki, tepukan tangan/ simbol suara / gerak-gerak saja yang dilakukan.
- Tata rias sederhana bahkan bisa berakulturasi dengan alam sekitar.
- Tari bersifat sakral karena untuk upacara keagamaan.
- Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Kehidupan masyarakat masih bergerombol, berpindah-pindah dan bercocok tanam.
- Tarian primitif dasar geraknya adalah maksud dan kehendak hati dan pernyataan kolektif.
- Atribut pakaian menggunakan bulu-buluan dan daun-daunan.
- Formasi pada tarian primitif biasanya berbentuk lingkaran karena menggambar kekuatan.
- Tarian ini berkembang pada masyarakat yang menganut pola tradisi primitif/ purba dimana berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan penyembahan leluhur.
Contoh
tari primitif yaitu:
- Tari bailita
- Tari dayang modan.
2. Zaman Indonesia Hindu
Seni
tari pada zaman Hindu dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India yang
dibawa oleh para pedagang. Setelah penyebaran agama Hindu dan Buddha, karya
tari mengalami kemajuan pesat. Seni tari telah mempunyai standardisasi atau
patokan. Hal ini terbukti dengan adanya literatur seni tari yang berjudul Natya
Sastra karangan Bharata Muni. Buku itu berisi tentang unsur gerak tangan mudra
yang berjumlah 64 motif.
Motif
itu dibagi menjadi beberapa bagian berikut:
- Dua puluh empat motif mudra yang terbentuk dari satu tangan.
- Tiga belas motif mudra yang terbentuk dari kedua tangan.
- Dua puluh tujuh motif mudra dari hasil kombinasi kedua motif tangan.
Motif-motif
yang mengandung keindahan dalam literatur tersebut juga banyak yang diambil
untuk seni tari Indonesia. Pemerintahan pada zaman Hindu memakai sistem
kerajaan. Oleh karena itu, pada saat itu muncul tari-tarian yang bernapaskan
istana. Tari-tarian di istana berkembang dengan baik karena mendapat perhatian
dari para raja. Perkembangan karya tari pada masa kerajaan Mataram Hindu
ditunjukkan dengan peninggalan budaya yang berupa candi. Pada berbagai candi
dipahat relief gerak-gerak dan alat-alat iringan tari.
Secara
garis besar perkembangan seni tari pada zaman Hindu memiliki beberapa ciri berikut:
- Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguh-sungguh.
- Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.
- Karya tari mendapatkan perhatian dan dukungan dari para raja dan bangsawan sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.
- Tema karya tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana, dan cerita Panji.
- Iringan karya tari juga mulai beragam. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.
Pada zaman ini tidak hanya seni tari yang muncul, melainkan seni-seni lainnya, yaitu:
- Seni golek
- Tari Gambyong
- Seni wayang wong
- Sapta bedaya
- Wayang topeng
- Sri kepi
- Klana topeng
3. Seni Tari Zaman Islam
Karya
seni tari peninggalan zaman Hindu di Indonesia masih terpelihara dengan baik.
Bahkan setelah masuknya Islam ke Indonesia, tari sangatlah berkembang dengan ditandai
munculnya beragam varian karya tari. Sejarah seni tari pada masa Islam di
Indonesia sangatlah bervariasi yang juga bergantung pada dimana tarian
tercipta. Pengaruh
agama Islam yang membawa seni tari lebih berkembang karena digunakan sebagai
media penyebaran agama Islam terutama di kerajaan Mataram, Kesultanan Cirebon
dan Kerajaan Demak. Pada zaman ini juga muncul beberapa topeng antara lain:
- Panji kasatriyan
- Candra kirana
- Handoyo
- Raton
- Klano
- Denowo
- Tembem
- Pentul
Sebagai
misal, di Aceh dan di beberapa daerah Melayu seperti Riau, masing-masing
memiliki keunikan tersendiri meskipun tetap mengusung nuansa keIslaman. Lebih
detail mengenai sejarah seni tari di lingkup masyarakat Aceh, sedangkan untuk tarian Melayu bisa dimulai dari membaca Sejarah Tari
Zapin.
Di
Pulau Jawa, seni tari berkembang dengan sangat baik, terutama dilingkup dua
keraton Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat. Setelah
perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi dimana Keraton Mataram terbagi
menjadi dua, selanjutnya ada perjanjian Jatisari.
Pada
perjanjian Jatisari tahun 1756 ini ditentukan masa depan kedua kerajaan,
termasuk dalam hal warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta memilih
mengembangkan apa yang sudah ada. Sementara itu, Kasultanan Yogyakarta memilih
melestarikan tradisi yang ada, khususnya tari klasik.
4. Seni Tari Zaman Penjajahan
Pada
zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik.
Namun, tari hanya digunakan untuk kepentingan upacara istana, misalnya,
penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan
jumenengan raja. Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa. Di
kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan
atau tontonan pelepas lelah setelah selesai bercocok tanam.
Oleh
karena itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran.
Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akibat penjajahan juga
menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu
karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan
adalah tari Prawiroguno. Selain itu, lahir pula tari yang bertemakan
kepahlawanan diantaranya yaitu:
- Tari Pejuang
- Tari Bandayuda
- Tari Prawiroguna
- Tari Keprajuritan
- Tari Glipang
- Dari zaman Hindu sampai zaman penjajahan yang disebut pula sebagai zaman feodal, muncul para pakar tari yang memberikan macam-macam definisi. Tokoh-tokoh tersebut contohnya antara lain
- Curt Sach
- Soedarsono
- Corry Hamstrong
- La Mery
- Setelah zaman invasi (perluasan wilayah) bangsa Barat, seni tari lebih berkembang hal ini terbukti dengan banyaknya tari yang diciptakan oleh penata tari dan bangsawan antara lain
- Tari bedhaya
- Tari Srimpi
- Tari beksan
- Tari wireng
- Drama tari (sendratari)
5. Tari Zaman Modern (Zaman Setelah Indonesia Merdeka Sampai Sekarang)
Jenis
tari zaman modern ini ditandai dengan munculnya koreografer-koreografer
individu yang menciptakan karya – karya baru, lebih sebagai ekspresi diri dari
pada ekspresi komunal. Gagasan koreografer individual sebagai sebuah aspek
penting dari dampak kebudayaan barat. Tokoh-tokoh tari modern antara lain:
- Isadora Duncan
- Martha Graham
- Doris Humphrey
- Mary Wigman
Tokoh
tari modern dari Indonesia salah satunya adalah Sardono W Kusumodan Sal
Murgiyanto. Karya tari yang muncul pada zaman modern ini antara lain Dongeng
dari Dirah, Meta Ekologi, dan Hutan yang Merintih. Di Indonesia pada masa setelah
merdeka juga muncul tari yang bernuansa tradisional garapan baru yaitu
- Tari Karno Tanding
- Tari Retno Ngayuda
- Tari Retno Tinanding
- Tari Menak Koncar