Rabu, 23 Oktober 2019

Periodisasi Seni Tari


PERIODISASI SENI TARI DI INDONESIA


Seni tari yang berkembang di Indonesia bermulai sejak zaman dahulu. Perkembangan seni tari atau periodisasi seni tari di Indonesia dipengaruhi oleh peradaban masyarkat dan juga penaruh dari pemerintah yang berkuasa pada saat itu, sistem kepercayaan yang dianut masyarkat juga menjadi faktor berkembangnya seni tari di Indonesia. Berikut merupakan pemaparan dari periodeisasi perkembangan seni tari di Indonesia.

1. Tari Zaman Prasejarah/ Zaman Primitif (20.000 SM – 400 M)


Zaman primitif/ zaman prasejarah atau zaman pra-Hindu yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berlangsung sekitar tahun 20.000 SM-400 M.

Zaman Prasejarah dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Masing-masing zaman ini juga dimungkinkan melahirkan kesenian tari. Pada zaman batu kemungkinan tari-tarian hanya diiringi dengan sorak-sorai serta tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang yang dibuat perunggu. Diantara lukisan-lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu-bulu burung dan daun-daunan.

Seni muncul dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suatu suasana tertentu. lonjakan kegembiraan seseorang saat memperoleh kesenangan akan membentuk gerakan ekspresif, lompatan manusia purba ketika berburu binatang juga terjadi secara spontan. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian mengkristal dan disusun dalam bentuk tarian dari berbagai peristiwa sehari-hari kemudian terlahir bentuk-bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan dalam bentuk upacara ritual masyarakat purba.

Dengan diiringi pukulan-pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba bergerak-gerak mengelilingi api unggun yang menyala sambil melantunkan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian persembahan bagi nenek moyang mereka. inilah cikal bakal tumbuhnya tari.

Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari ini lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Masyarakat percaya bahwa sejak kelahiran sampai meninggal dunia, tari adalah bagian penting. Oleh karena itu, muncullah tari upacara yang bersifat sakral dan magis. Pada zaman ini, tarian dihadirkan dalam berbagai acara. Acara itu, di antaranya, pada saat kelahiran anak, sebelum melakukan perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta kesuburan.

Secara umum, ciri dari tari primitif adalah kesederhanaan kostum, gerak dan iringan menjadi lebih dominan bertujuan untuk kehendak tertentu sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang diinginkan. Berikut disajikan ciri-ciri tari primitif secara rinci.
  1. Instrumen sangat sederhana terdiri dari tifa, kendang/ instrumen yang hanya dipukul secara tetap bahkan tanpa memperhatikan dinamika.
  2. Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya menirukan gerak binatang karena berburu, proses inisiasi, kelahiran, perkawinan, panen.
  3. Gerak dan iringan sangat sederhana berupa hentakan kaki, tepukan tangan/ simbol suara / gerak-gerak saja yang dilakukan.
  4. Tata rias sederhana bahkan bisa berakulturasi dengan alam sekitar.
  5. Tari bersifat sakral karena untuk upacara keagamaan.
  6. Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Kehidupan masyarakat masih bergerombol, berpindah-pindah dan bercocok tanam.
  7. Tarian primitif dasar geraknya adalah maksud dan kehendak hati dan pernyataan kolektif.
  8. Atribut pakaian menggunakan bulu-buluan dan daun-daunan.
  9. Formasi pada tarian primitif biasanya berbentuk lingkaran karena menggambar kekuatan.
  10. Tarian ini berkembang pada masyarakat yang menganut pola tradisi primitif/ purba dimana berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan penyembahan leluhur.

Contoh tari primitif yaitu:
  1. Tari bailita
  2. Tari dayang modan.


2.   Zaman Indonesia Hindu



Seni tari pada zaman Hindu dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India yang dibawa oleh para pedagang. Setelah penyebaran agama Hindu dan Buddha, karya tari mengalami kemajuan pesat. Seni tari telah mempunyai standardisasi atau patokan. Hal ini terbukti dengan adanya literatur seni tari yang berjudul Natya Sastra karangan Bharata Muni. Buku itu berisi tentang unsur gerak tangan mudra yang berjumlah 64 motif.

Motif itu dibagi menjadi beberapa bagian berikut:
  1. Dua puluh empat motif mudra yang terbentuk dari satu tangan.
  2. Tiga belas motif mudra yang terbentuk dari kedua tangan.
  3. Dua puluh tujuh motif mudra dari hasil kombinasi kedua motif tangan.


Motif-motif yang mengandung keindahan dalam literatur tersebut juga banyak yang diambil untuk seni tari Indonesia. Pemerintahan pada zaman Hindu memakai sistem kerajaan. Oleh karena itu, pada saat itu muncul tari-tarian yang bernapaskan istana. Tari-tarian di istana berkembang dengan baik karena mendapat perhatian dari para raja. Perkembangan karya tari pada masa kerajaan Mataram Hindu ditunjukkan dengan peninggalan budaya yang berupa candi. Pada berbagai candi dipahat relief gerak-gerak dan alat-alat iringan tari.

Secara garis besar perkembangan seni tari pada zaman Hindu memiliki beberapa ciri berikut:
  1. Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguh-sungguh.
  2. Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.
  3. Karya tari mendapatkan perhatian dan dukungan dari para raja dan bangsawan sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.
  4. Tema karya tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana, dan cerita Panji.
  5. Iringan karya tari juga mulai beragam. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.
Pada zaman ini tidak hanya seni tari yang muncul, melainkan seni-seni lainnya, yaitu:
  1. Seni golek 
  2. Tari Gambyong
  3. Seni wayang wong
  4. Sapta bedaya
  5. Wayang topeng
  6. Sri kepi
  7. Klana topeng 


3. Seni Tari Zaman Islam


Karya seni tari peninggalan zaman Hindu di Indonesia masih terpelihara dengan baik. Bahkan setelah masuknya Islam ke Indonesia, tari sangatlah berkembang dengan ditandai munculnya beragam varian karya tari. Sejarah seni tari pada masa Islam di Indonesia sangatlah bervariasi yang juga bergantung pada dimana tarian tercipta. Pengaruh agama Islam yang membawa seni tari lebih berkembang karena digunakan sebagai media penyebaran agama Islam terutama di kerajaan Mataram, Kesultanan Cirebon dan Kerajaan Demak. Pada zaman ini juga muncul beberapa topeng antara lain:
  1. Panji kasatriyan 
  2. Candra kirana
  3. Handoyo
  4. Raton
  5. Klano
  6. Denowo
  7. Tembem
  8. Pentul 

                                                      
Sebagai misal, di Aceh dan di beberapa daerah Melayu seperti Riau, masing-masing memiliki keunikan tersendiri meskipun tetap mengusung nuansa keIslaman. Lebih detail mengenai sejarah seni tari di lingkup masyarakat Aceh, sedangkan untuk tarian Melayu bisa dimulai dari membaca Sejarah Tari Zapin.

Di Pulau Jawa, seni tari berkembang dengan sangat baik, terutama dilingkup dua keraton Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat. Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi dimana Keraton Mataram terbagi menjadi dua, selanjutnya ada perjanjian Jatisari.

Pada perjanjian Jatisari tahun 1756 ini ditentukan masa depan kedua kerajaan, termasuk dalam hal warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta memilih mengembangkan apa yang sudah ada. Sementara itu, Kasultanan Yogyakarta memilih melestarikan tradisi yang ada, khususnya tari klasik.

4. Seni Tari Zaman Penjajahan


Pada zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik. Namun, tari hanya digunakan untuk kepentingan upacara istana, misalnya, penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja. Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa. Di kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan atau tontonan pelepas lelah setelah selesai bercocok tanam.

Oleh karena itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran. Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akibat penjajahan juga menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan adalah tari Prawiroguno. Selain itu, lahir pula tari yang bertemakan kepahlawanan diantaranya yaitu:
  1. Tari Pejuang
  2. Tari Bandayuda
  3. Tari Prawiroguna
  4. Tari Keprajuritan 
  5. Tari Glipang


  • Dari zaman Hindu sampai zaman penjajahan yang disebut pula sebagai zaman feodal, muncul  para pakar tari yang memberikan macam-macam definisi. Tokoh-tokoh tersebut contohnya antara lain 

  1. Curt Sach
  2. Soedarsono
  3. Corry Hamstrong
  4. La Mery
  • Setelah zaman invasi (perluasan wilayah) bangsa Barat, seni tari lebih berkembang hal ini terbukti dengan banyaknya tari yang diciptakan oleh penata tari dan bangsawan antara lain 
  1. Tari bedhaya
  2. Tari Srimpi
  3. Tari beksan
  4. Tari wireng
  5. Drama tari (sendratari)


5. Tari Zaman Modern (Zaman Setelah Indonesia Merdeka Sampai Sekarang)


Jenis tari zaman modern ini ditandai dengan munculnya koreografer-koreografer individu yang menciptakan karya – karya baru, lebih sebagai ekspresi diri dari pada ekspresi komunal. Gagasan koreografer individual sebagai sebuah aspek penting dari dampak kebudayaan barat. Tokoh-tokoh tari modern antara lain:
  1. Isadora Duncan
  2. Martha Graham 
  3. Doris Humphrey
  4. Mary Wigman 

Tokoh tari modern dari Indonesia salah satunya adalah Sardono W Kusumodan Sal Murgiyanto. Karya tari yang muncul pada zaman modern ini antara lain Dongeng dari Dirah, Meta Ekologi, dan Hutan yang Merintih. Di Indonesia pada masa setelah merdeka juga muncul tari yang bernuansa tradisional garapan baru yaitu 
  1. Tari Karno Tanding
  2. Tari Retno Ngayuda
  3. Tari Retno Tinanding
  4. Tari Menak Koncar 

1 komentar: